spiritof.info – Mahkamah Agung Mozambik telah mengonfirmasi kemenangan partai berkuasa, Frelimo, dalam pemilu yang disengketakan yang digelar pada bulan Oktober lalu. Keputusan ini diambil setelah berbulan-bulan ketegangan dan protes yang meluas di seluruh negeri.
Dalam keputusannya, Mahkamah Agung menyatakan bahwa Daniel Chapo, kandidat dari Frelimo, telah memenangkan pemilihan presiden dengan 65% suara, menurun dari angka 70% yang sebelumnya dilaporkan oleh Komisi Pemilihan Nasional (CNE) pada akhir Oktober. Mahkamah Agung juga memberikan Frelimo mayoritas kursi di parlemen, meskipun jumlahnya lebih sedikit dari yang dilaporkan oleh CNE sebelumnya.
Keputusan ini diambil setelah oposisi, yang dipimpin oleh Venancio Mondlane dari partai Podemos, menuduh bahwa pemilu telah dicurangi dan menuntut penghitungan ulang suara. Mondlane, yang mengklaim telah memenangkan 53% suara, menyerukan protes massal dan mengancam akan menutup negara ini jika kemenangan Frelimo dikonfirmasi.
Protes besar-besaran telah terjadi sejak hasil pemilu awal diumumkan, dengan lebih dari 130 orang tewas dalam bentrokan dengan polisi. Kerusuhan terbaru yang terjadi setelah keputusan Mahkamah Agung mengakibatkan setidaknya 21 orang tewas, termasuk dua petugas polisi, dan ratusan lainnya terluka medusa88.
Mondlane, yang saat ini berada di pengasingan, telah menyerukan penutupan nasional mulai hari Jumat dan mengancam akan menimbulkan kekacauan jika kebenaran pemilu tidak dipulihkan. Sementara itu, Frelimo dan pemerintah Mozambik menyerukan dialog untuk mengatasi perbedaan dan menghindari lebih banyak kekerasan.
Keputusan Mahkamah Agung ini diperkirakan akan memperpanjang ketegangan di Mozambik, dengan oposisi yang bersikeras bahwa mereka tidak akan menerima hasil pemilu yang mereka anggap tidak sah. Situasi ini juga berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial di negara tersebut, yang sudah menghadapi tantangan besar akibat bencana alam dan konflik bersenjata di utara.
Dengan kemenangan Frelimo yang dikonfirmasi, Mozambik akan tetap berada di bawah kendali partai yang telah memerintah sejak kemerdekaan dari Portugal pada tahun 1975. Namun, tantangan dari oposisi dan ketidakpuasan publik menunjukkan bahwa masa depan politik negara ini tetap tidak pasti dan penuh dengan ketegangan.